Sunday, March 30, 2008

24

Almost 24…

Renungan pertama : Sudah melakukan apa sajakah selama ini ???
Well, masa kecil dipenuhi ”belajar, belajar, dan belajar”. Masuk sekolah unggulan, mencetak peringkat lima besar (Cuma mentok sampe ranking 3 doang siy, but at least gw mencapainya dengan jujur dan apa adanya, tanpa disertai sebuah tas Gucci keluaran terbaru, bahkan mungkin sebenernya gw yang pantes ranking 1, tapi apa daya, emak gw ga mau kompromi ma kebutuhan tersier wali kelas gw).

Masa remaja awal dilalui seperti remaja pada umumnya, main, main, dan main. Cabut pelajaran sampe cabut sekolah seharian. Cabut pelajaran biasanya nangkring di kantin. Kadang-kadang nge-gencet ade kelas yang nyolot. Di strap sama guru bahasa Indonesia (gw masi inget banget tuh, si guru ngotot, gw juga ngotot, untung ga berantem fisik, hehe). Di strap sama kepala sekolah atas kesalahan yang ga pernah gw lakukan (harusnya dulu gw naek banding aja ya ??). pacaran pertama kali =). “ngebeli” nilai olahraga karena sebenernya gw ga pernah turun ke kolam renang pas sesi renang, cukup bayar iurannya aja, gw puas, guru puas, haha… oya, dimasa ini mule mngenal bukunya PAULO COELHO, dan teman-teman pada memandang aneh gitu ke gw gara-gara ngebaca THE ALCHEMIST.

Remaja akhir. Party sesekali (sesekali ?). cabut sekolah. maen bilyar. keliling jakarta ngabisin bensin dan waktu sambil nikmatin macetnya sudirman di jam makan siang. Les tambahan biar bisa jebol SPMB. Pacaran. Kualitas bacaan mule meningkat, walopun masi baca komik-komik yang ga penting siy. Nonton sepakbola antar kelas di PI, deket Pizza DH. Yah, intinya masi suka hura-hura… tapi aga tobatan dikit, terutama smu kelas 3. mule mikir masa depan. Belajar serius.

Masi remaja akhir, tapi udah mule kul di d3 sastra UI (huhuyy... masa2 menyenangkan itu). Les bimbel, mengejar ketertinggalan ga jebol SPMB. Nongkrong di kantin sampe malem. Maen teater dikit-dikit. Baca buku yang aneh buat kebanyakan orang. Mule aktif organisasi. Menikmati perdebatan-perdebatan, adu argumentasi. Cabut kuliah buat hal yang ga penting –misal nangkring di taman samping danau trus ketawan pula ma dosen yang bersangkutan-. Nonton pensi-pensi yang biasanya diadain ma fakultas tetangga. Pacaran.

Masa remaja akhir sampe Dewasa awal (masa-masa kuliah di Unpad lah). Taarraaaammm...... ini titik epifani gw.... belajar menjadi individu dewasa yang bertanggungjwab atas pilihannya dan merencanakan masa depan dengan baik dan benar. Bandel masi sesekali. Pacaran. Terlibat aktifitas organisasi dan kepanitiaan gila-gilaan. Baca buku macem-macem (kanan-kiri). Penikmat berpikir bebas dan forum diskusi, baik filsafat, agama, sampe politik. Dateng ke beberapa pengajian, dalam rangka in search of meaning. Ngeluarin energi banyak buat kelahi dengan pihak-pihak yang dirasa ga pas ma gw, jadi energi rebel-nya diarahin ke tempat yang bener gitu. Sempet stay di jogja selama 2 bulan pasca gempa. Dan pada akhirnya, saat ini, menjadi lebih tenang dalam membawa diri, tidak terlalu meledak-ledak, kata sahabat gw, semakin dewasa [makasi low pujiannya;)].
Hmmm… berwarna sekali kehidupanmu sil…

Renungan kedua : what next ??

kehidupan seperti apa yang akan dijalankan kedepannya ?? lebih spesifik lagi, pekerjaan seperti apa yang akan digeluti ?? pengennya siy pekerjaan yang bisa memberikan kesejahteraan cukup, setidaknya cukup untuk membeli buku2 baik lokal maupun impor secara rutin setiap bulannya, membayar tagihan majalah TIMES setiap tahunnya, menyekolahkan anak2 disekolah yang unggul, menyediakan fasilitas akses informasi terdepan, rasa-rasanya bagi saya hal tersebut cukup krusial. Lainnya ? bisa dikompromikan... and the most important is, pekerjaan tersebut menghasilkan uang tanpa menggadaikan kejujuran...

berencana merit kapan ?? entahlah... depend on....
orang sperti apakah yang benar2 diinginkan dan dibutuhkan untuk dijadiin pasangan dalam mengarungi hidup didepan ?? hmm... sebenernya saat ini ada siy satu figur yang menurut gw pas. Dia terlihat sempurna dibalik ketidaksempurnaannya. Begitu dewasa, gentleman, dan sangat bertanggungjawab. But, dunno... bicara ttg mas yang satu ini bisa panjang. So, di cut saja ya... haha...
*antiklimaks*

Jujur, aga takut mengemban umur 24...
It feels so.....
*silakan isi sendiri*
Hmmmppphhh....
24 ya ???

ouwkeiy..
bring it on... ;)

Thursday, March 27, 2008

Andai ia tahu


Bilakah dia tahu
Apa yang telah terjadi
Semenjak hari itu hati ini miliknya

* Mungkinkah dia jatuh hati
Seperti apa yang kurasa
Mungkinkah dia jatuh cinta
Seperti apa yang kudamba

Bilakah dia mengerti
Apa yang telah terjadi
Hasratku tak tertahan tuk dapatkan dirinya
*

Tuhan yakinkan dia tuk jatuh cinta hanya untukku
Andai dia tahu...

(kahitna)

Leer Raum

Sudah lama tidak menikmati senja…
Meski tidak se-lama tidak menikmati birunya laut...
Juga terangnya langit yang bertabur bintang di atas samudra hindia
Dan tidak se-lama kosongnya ruang sunyiku...

Its 2008, masih pakai Private number ?????


Sudah beberapa hari ini ada yang menghubungi ke no hp saya pada jam kerja melalui private number.
Begitu saya angkat, sambungan tersebut langsung mati, diputuskan dari sebelah sana. Begitu terus berulang kali. Dan pagi ini (hari dimana tulisan ini dibuat), oknum dengan private number tersebut menghubungi kembali jam 5.30 am. Sedikit menyebalkan, karena siapapun tahu menelfon jam segitu bisa dibilang tidak sopan, kecuali diantara mereka (yang di telp dan yang menelp) saling kenal. Itu jadi cerita lain lagi, karena pada dasarnya saya tidak bermasalah ditelp dini hari sekalipun, dengan catatan oleh orang yang saya kenal baik. Sepertinya oknum tersebut tahu betul kalo saya mengalami Sulit Bangun Pagi Disorder, sehingga pagi-pagi sekali dia menelp. Nice try...
Sebenarnya, sesuatu hal tidak dibuat dengan asal-asalan, selalu ada alasan dan tujuan dibaliknya, seperti yang dikatakan Einstein, Tuhan tidak sedang bermain dadu saat menciptakan alam semesta. Dan menurut saya, fasilitas private number hanya di desain untuk orang-orang yang tidak berani menampilkan identitas dirinya, entah karena malu, atau mungkin orang tersebut ingin berbuat ”jail” sehingga tidak ingin diketahui dirinya adalah pelaku. Jika memang seperti itu, maka isunya adalah self esteem. Mungkin oknum tersebut pada dasarnya bukan orang yang cukup percaya diri, mungkin...
Tiba-tiba teringat dengan para pelaku voyerism... apa enaknya mengendap-endap mengintipi orang lain ?? bukankah dengan mengintip hanya mendapatkan sedikit ?? jika bisa mendapatkan lebih banyak kenapa tidak ?? apa siy yang dicari dari mematikan sambungan telp beberapa saat setelah telp diangkat ? cuma ingin mendengar ”hallo” dan jika tidak beruntung akan mendapatkan bonus ”caci maki” dari yang ditelp kah ??
Jika telefon itu dilakukan berdasarkan perasaan positif yang dimilikinya, dalam hal ini sayang atau cinta, kenapa harus malu menutupinya ? bukankah dengan jujur memiliki perhatian pada orang yang bersangkutan akan membuat orang tersebut akan merasa dicintai, disayangi, diinginkan ?? sementara hal itu sedikit banyak bisa meningkatkan kepercayaan diri orang yang disayangi. Menyenangkan bukan melihat orang yang kita sayangi menjadi sejahtera secara psikis ?? inilah cinta sebenar-benarnya, memberi tanpa harus dipusingkan dengan perasaan takut tertolak. Yah, meskipun harus diakui, hal ini bukanlah sesuatu yang mudah...

March, 27th 2008

Senja…

Aku suka sekali senja…
Senja yang kemerahan, bercampur semburat oranye, biru, violet, dan juga kuning...
Senja yang ketika kau memandangnya, memberikan kenyamanan tersendiri...

Suatu moment yang hanya berlangsung selama beberapa menit, sehingga membuat mata mu harus bekerja keras dengan memandang lekat-lekat tanpa kehilangan sedetik pun, juga otak yang akan menyimpan dalam memori setiap moment senja yang ada.

Andai saja senja dapat dijadikan pertanda cinta kepada seseorang yang kau cintai – kau mengirimkan senja yang akan selalu mengikuti kemanapun orang yang kau cintai itu pergi -, seperti yang dikatakan seno gumira dalam novelnya...
Maka, hadiah sebuah senja cukuplah bagiku...

Datang, Mewujud

Dimanakah dirinya berada ?

Dia yang mampu membuatku tersipu malu dan merasa aman terlindungi dengan tatapannya.

Dia yang selalu membangunkan di kala subuh untuk bertemu denganNya.
Dia yang tak pernah bosan meski terkadang ku terlelap kembali tak kuasa menahan kantuk, sehingga mendengar suara napasku saat tidur menjadi hiburan tersendiri baginya.

Dia yang sederhana namun punya cita-cita besar, dimana sejuta mimpi dan rencara untuk mewujudkannya menghiasi percakapan sehari-hari kami.

Dimana dirimu kini ?
Kembalilah, karena aku begitu merindukanmu...


March, 2th, 2008

GundaH

Gemerintik hujan yang sedari tadi turun berhenti membasahi bumi…
Meninggalkan sekelebat perasaan gundah dalam diri...
Langkah demi langkah perlahan-lahan diayunkan...
Mencari sepotong jejak yang kau tinggalkan...
Apakah kita berada dalam jalur yang sama ??


Jatinangor, 28 Mei 2007
2 am

sepi

Di keheningan malam ku duduk termangu,
Bersama detak jam yang setia menemani,
Di luar sana sang bintang asik bercengkarama dengan sesamanya,
Sementara aku disini,
Sendiri...
Sepi...
Cemburu...


january 07

Saturday, March 22, 2008

Ku berdoa untukmu seorang, sayang….

18 maret 2008. ini ketiga kalinya tubuhmu tertoreh pisau dan juga alat bedah lainnya. Ketiga kalinya kau berjuang untuk hidupmu, untuk hal yang tidak kau ketahui mengapa bahkan sebelum terlahir pun beberapa bagian tubuhmu tidak bekerja seperti seharusnya.
Marah, kesal, merasa tersakiti, sedih, ingin berontak, itukah yang ingin kau sampaikan melalui tangis dan hentakan kaki & tanganmu ???
Jika saja kau bisa bicara, tentu akan lebih mudah bagimu dalam menyalurkan perasaanmu.
Ingatkah kau pada operasi keduamu ? dimana jahitan pada diafragma-mu harus diulangi karena lepas akibat tangisan mu yang keras itu... juga akibat gerakanmu yang banyak dan tidak terkendali... karena hanya itu cara yang kau pahami untuk menyalurkan rasa yang kau alami bukan ?
Maafkan aku yang kali ini tidak dapat mendampingi di sisimu,
Revisi skripsi ? itu hanyalah alasan yang kubuat-buat...
Bagaimana bisa aku menguatkanmu, ibu-bapakmu, bahkan untuk sekedar menggengam tangan mungilmu pun terasa sulit, jujur, aku tidak cukup punya kekuatan untuk menguatkan diri sendiri...
Maafkan aku yang lemah melihat dirimu yang terus berjuang untuk hidupmu,
Maafkan aku yang lemah melihatmu meronta, bersikeras melepas semua selang, kabel dan jarum yang menempel di tubuhmu...
sungguh, kuingin ada bersamamu, mendampingimu...
Berjuanglah sayang,
Kami semua berdoa untukmu seorang...

Bandung,
19.03.08

Wednesday, March 12, 2008

maCan

Apa yang ada di pikiran mu ketika mendengar/membaca kata tersebut ?
Sesuatu yang buas, galak, bertaring, berbahaya..
Atau, sesuatu yang MAnis & CANtik ?
buat gw pribadi, biasanya gw akan pilih yang kedua...
entah kenapa, di suatu siang yang aga melelahkan, ada seorang teman yang lagi YM-an dengan seorang teman yang lain. mereka membicarakan seseorang yang cukup dekat dengan mereka. Salah satunya menyebut si objek pembicaraan dengan sebutan macan... reaksi gw saat itu berubah... kesan yang gw tangkep ttg orang yang mereka sebut dengan macan itu adalah orang yang galak, ”bertaring”. Jujur, saat itu gw marah ke mereka, tepatnya ke salah satu yang melemparkan ide untuk menyebutkan objek pembicaraan mereka sebagai macan, karena setau gw, dan gw sangat yakin akan hal ini, mereka ga pernah meledek objek pembicaraan mereka itu dengan sebutan macan langsung di depan objek pembicaraan sebelumnya. Jadi buat gw, itu kaya penikaman, dan itu melanggar kode etik ledek meledek yang gw anut. Buat gw, kalo lo mau menyebutkan seseorang dengan sebutan yang ”aneh” gapapa, asal sebutan itu memang sudah diketahui si objek, jangan menyebutkan hal yang ga diketahui yang bersangkutan... kebayang kan ? orang yang dekat dengan lo tnyata nyebut lo sebagai macan di BELAKANG lo ???
ah, tnyata isunya masi sama, masalah trust....
nyebelin...
tapi, amarah ya hanyalah amarah, datang dan pergi....


SisTa...=)

I have 1 bigbrother, and 1 bigsister... both of them are married…
I really love them…
But, I also have another sisters, which is always standing beside me…
They’re strengthen me up when I was down…
They give their shoulder when I cried
We’re also laughing together…
So, if u ask me, “what’s the thing that u thank to God for that ?”
Then my answer is,
Them…

font...

Punya huruf favorit kah ??
Entah kenapa, gw kepincut banget sama verdana, size 10. rasanya pas aja diliat dalam settingan tampilan 100 %. Kalo untuk di print siy enakan 8/9. hemat kertas dan tinta.
Tipis, besar, cenderung ke kotak-kotak (garisnya lurus), tegas. Maskulin sekali bukan ? hehe..
Kadang gw juga suka comic sans. Terasa kekanakan. He, bagaimanapun kan gw anak bungsu...
Kadang gw juga suka trebuchet ms. Terutama kalo lagi aga kangen dengan seseorang yang selalu menggunakan font itu... tapi tanpa jejak dia dalam hidup gw pun gw emang udah suka font trebuchet ko.
Tapi, belakangan ini, ada seorang sahabat yang menyamakan gw dengan sosok yang sangat dia puja -yang rasa-rasanyanya akan dia tunggu seumur hidupnya-, karena kami sama2 suka menggunakan verdana.
”verdana itu **** banget kali”, begitu katanya.
Plis deh, emang dia doang yang doyan make verdana ? lagipula, tanpa bermaksud mendiskreditkan, udah seberapa lama siy dia –sahabat yang nyama-nyamain itu- kenal gw ??
Harusnya ga perlu se sensi itu siy... Cuma gw emang akan menjadi sensitif kalo disama-samain ke orang yang lagi dipuja ma tu orang yang nyamain... kesannya jadi kaya no.2, and i hate that... buat gw, wasil ya wasil, ga perlu disamain ke sosok lain... toh gw menghargai siapapun yang menyukai huruf yang sama dengan yang gw sukai...

HIKING

Udah setahun ini gw mendaki… Gunung yang (menurut) gw sangat tinggi, besar, dan jalan untuk menuju puncak bener-bener kecil, berliku, dan licin...Gw harus berjalan setapak demi setapak, dan kalo gw ga berhati-hati, gw bisa tergelincir dengan mudahnya...Cuma ada gw di jalur itu...Yang lainnya ? punya jalannya masing-masing... dengan aral rintangan yang (mungkin) berbeda pula... tapi menurut gw, semuanya akan menuju puncak yang sama. Perjalanan gw ini, sempet terhenti beberapa kali, entah karena lelah secara fisik ataupun emotional... selama hidup gw yang sampe saat ini (alhamdulillah) mencapai 23 tahun 11 bulan bisa dibilang jarang nangis, tapi dalam setahun terakhir ini gw akui sering menangis. Ya, gw menangis untuk gw, sahabat-sahabat gw yang juga lagi mendaki gunung masing-masing, dan hal lainnya yang related dengan perjalanan ini... Dimana-mana mitos yang menyatakan bahwa ga boleh takabur, sotoy saat naek gunung (basicly, emang ga boleh takabur siy pada situasi apapun) tnyata bener... dengan gw yang terkadang mahasotoy, sekarang belajar buat melepaskan ke-sotoy-an gw itu di belakang gw, berganti dengan kelapangan dan ikhlas...
berat memang...
dan tnyata menangis membantu sekali... dulu gw pikir tangisan itu berarti lemah, cengeng...dulu juga gw pikir gw kuat, tapi tnyata gw ga sekuat yang gw pkir.. tapi kan kalo ga salah dalam Alquran disebutin kl Allah ga akan nguji diluar kapasitas umatnya, jadi terpikir, jangan2 gw memang cukup tough, hanya saja gw blm cukup bisa nerima akan kadar kekuatan yang gw miliki... semaskulin-maskulinnya gw, bagaimanapun gw tetap punya sisi feminin, sisi dimana gw ngrasa lemah, pengen dilindungi, dimanja... hmm.... memang ya, ada begitu banyak pelajaran saat naek gunung...