Tuesday, February 10, 2009

Woran denkt sie ?

Dahulu kala, halah, berasa lagi bikin dongeng jaman majapahit gitu, di suatu sore, di tengah hiruk pikuknya Jakarta, saya tergoda untuk membeli jajanan otak-otak setelah melihat benda kecil berbungkuskan daun pisang gosong itu terpajang di gerobak sepeda di halte pinggir jalan.

Maka saya melangkahkan kaki menuju gerobak tersebut, lalu memesanlah saya pada abang otak-otak. “mau yang ini bang, 3 ribu aja ya” pesan saya. Tepat setelah saya selesai bicara, ada seorang perempuan pengamen jalanan yang sedang menggendong anak kecil mendekat dengan ragu-ragu ke abang otak-otak tersebut. Seketika saya menoleh padanya, dan disitu momen kritisnya.

Kebetulan, saya dikaruniai pandangan mata yang tajam, dengan kata lain sinis. Padahal mah saya cuma lagi mandang biasa aja, tapi buat orang lain pandangan saya itu terkesan sinis. (biasa saja aja terlihat sinis, gimana kalau sengaja menyiniskan pandangan ??). well, bisa dibilang itu salah satu kelemahan saya. Hal itu terjadi pula saat saya memandang ke si pengamen tadi yang ragu-ragu mendekat ke abang otak-otak, dia terlihat makin ragu saat saya menoleh ke dia, bahkan sempat memundurkan langkah. Saat itu juga saya putuskan untuk memberikan sebuah senyum padanya, ya senyum, hanya sebuah senyuman kecil yang untungnya memang datang dari dalam diri saya, artinya bukan artifisial.

Lalu keajaiban pun terjadi, pengamen itu serta merta tersenyum kembali pada saya sambil melangkahkan kaki mendekat ke abang otak-otak dengan rasa percaya diri yang meningkat dari sebelumnya, lalu ucapnya “bang, beli 2 ribu aja”.

Melihat hal itu saya terharu sambil bersyukur, bahwa satu hati telah terselamatkan melalui sebuah senyum. Andai saat itu muka saya lempeng-lempeng saja, bisa dipastikan harga diri dan rasa percaya diri si pengamen akan terlukai.

Saya jadi bertanya-tanya, kira-kira apa ya yang ada dalam pikiran dia saat itu ?
Bangga karena dia yang seorang pengamen bisa membeli otak-otak yang sama dengan seorang wanita muda -taelah wanita muda ^_^- berpakaian rapi ala pekerja kantoran Jakarta ?. Atau mungkin, merasa bahagia karena wanita sinis didepannya sudah memberikan senyum tulusnya ke dia ?
Ah, entahlah,,,

Allah, Semoga saya masih diberikan kesempatan untuk melihat senyum-senyum bahagia terpancar dari mereka yang telah akrab dengan kesulitan-kesulitan hidup.

2 Comments:

Blogger reza fathur said...

"Woran denkt sie?" artinya apa sil?=b pake bahasa yang lebih membumi aja ya.. hehe..

Wah,elo ternyata ngeri juga ya.. maksudnya bisa bikin ngeri pengamen=b makanya, harus banyak-banyak senyum =D jangan berpolitik terus sil! haha..

kalo menurut gw yang dia pikirkan sederhana aja..: "alhamdulillah,ternyata ibu ini bisa senyum juga toh!=b"

lain waktu, sebagai "wanita muda berpakaian rapi ala pekerja kantoran jakarta=b" traktir pengamen tsb dong. Cuma dua rebu.. pasti dia lebih seneng lagi tuh! haha..

peace bu=D

March 1, 2009 at 10:02 PM  
Blogger ....WasiL.... said...

ah elu za, jangan memancing di air keruh gitu ah..
tar kl ketawan trus gw ditawari kursi panas kan jadi ga enak sama yg lain yg lebih senior, hihihi ^_^

ge sering senyum ko,,
he, tepatnya nyengir deng, hohoho...

March 2, 2009 at 1:23 AM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home