Wednesday, April 23, 2008

5 tahun kurang

Alhamdulillahirobbalalamin…
Setelah setahun lebih sedikit bergulat dengan segala tetek bengek skripsi, akhirnya studi saya di Fakultas Psikologi Universitas X selesai, dan gelar S.Psi pun ditangan. Lima tahun minus beberapa bulan bukanlah masa yang pendek. Ada berjuta kenangan yang tercatat dalam setiap lembaran hidup saya. Senang, tawa, canda, gembira, sedih, patah hati, marah, kecewa, semuanya teramu menjadi satu hal bernama pengalaman dan kenangan. Yang kesemuanya sedikit banyak turut berperan dalam membentuk seorang Wasil menjadi sosok yang ada saat ini. Saya percaya, tanpa keterlibatan dari mereka semua, saya tidak akan menjadi seperti yang ada saat ini.
Dulu, ketika saya tidak berhasil lolos SPMB dengan pilihan pertama Fakultas Psikologi Universitas X, saya hanya bisa mengumpat dan protes pada Yang Diatas Sana. Ikhtiar dengan belajar giat (baca : gila-gilaan) sudah, berdoa sudah, lalu, dimanakah kurangnya sehingga saya tidak diterima ?. Ternyata Dia punya rencana lain, tertundanya saya masuk dan diterima di Fakultas Psikologi Universitas X berbuah sebuah angkatan yang tanpa bermaksud narciss, adalah angkatan yang dipenuhi oleh orang-orang hebat. Sungguh, jika saat itu Dia dengan terbuka mengadakan tawar menawar denganku, maka pilihan menunda masuk ke universitas X dan membayar sekian belas juta rupiah untuk kuliah di Universitas lain selama setahun akan saya ambil demi memiliki sebuah tempat yang nyaman untuk tumbuh dan berkembang 1).
Di Fakultas yang ternyata saya cintai meski memiliki beberapa kelemahan, saya menemukan sahabat juga saudara. Ada orang-orang yang bernama Gardin, Emah, Jane, Tia a.k.a Otoy, Windu, Panjita yang menjadi partner kelompok abadi –disebut abadi karena kami hampir selalu bersama dalam hampir setiap matakuliah yang menuntut dibentuknya kelompok-. Begadang, menginap di salah satu kosan temen –tentunya hanya berlaku bagi yang sejenis dan biasanya yang jadi TKP adalah kosan jane&otoy, atau gardin&emah- gosip, cemilan cepuluh, cebur-ceburan siapa yang jadi korban presentasi-koreksi, di kelompok kami selalu menggunakan sistem undi jadi tidak diceburin begitu saja- semuanya jadi makanan sehari-hari. Terkadang main ke bandung –selama 4 tahun kami semua ngekos di Jatinangor- dan pulang sampai larut malam nyarter angkot menjadi hiburan tersendiri.
Bersama angkatan juga saya bisa berangkat ke Jogja dalam rangka KKN. Atas nama kepedulian sosial kami semua menolak rencana penempatan lokasi KKN di daerah Jabar. Setelah perjuangan yang ribet dan panjang akhirnya kurang lebih sebanyak 40 dari 50 an orang yang mengikuti KKN saat itu berangkat ke Jogja dengan dua provider yang berbeda, yakni BSMI dan Yayasan IBU. Dua bulan di sana juga menorehkan kisah tersendiri ;).
Sebenarnya, dalam angkatan juga ada ”angkatan”, yaitu angkatan 02, begitu kami meng-klaimnya. Terkadang kami berkumpul dan membicarakan beberapa hal yang biasanya temanya tidah jauh-jauh dari pasangan hidup. He9. personilnya ada saya sendiri, Hera, Mae, Emah. Sebenarnya masih ada anak lain yang aslinya angkatan 02, tapi ke4 orang ini yang kadang berkumpul baik sengaja ataupun tidak, dan pertemuan tersebut akan diselingi curhatan penting tak penting itu.
Di akhir masa perkuliahan saya juga menemukan orang-orang yang sudah saya anggap sebagai saudara sendiri, dan bersama mereka pula saya tinggal di sebuah rumah kontrakan di kawasan dago. Mereka adalah Ona, Mirra, Emah, Agi, Niki, Indah, Nisa, dan kini bertambah Hera. Banyak kisah yang tertoreh di rumah ini. Melalui mereka pula saya belajar untuk semakin mengenali diri dan orang lain, dan belajar menjadi seorang wanita dewasa tentunya, karena bagaimanapun, se-tomboy2nya saya, kodrat saya adalah wanita ;).
Hmm... Menuliskan kisah kehidupan selama lima tahun kebelakang ternyata bukanlah hal yang mudah. Tidak semua cerita bisa dituliskan, ada kisah-kisah yang bagi saya hanya akan menjadi milik saya, dia/mereka, dan masa lalu. Seperti kata Pram dalam salah satu bukunya, ”... kan setiap orang punya rahasia pribadi, dibawanya terus sampai mati”. Maka, biarlah cerita yang lain tersimpan rapi dalam laci masa lalu, toh tidak akan mengurangi maknanya...

1) meminjam ucapan seorang dosen mengenai opini beliau terhadap angkatanku tercinta.

gott sei dank...

Orangtua yang alhamdulillah sampai saat ini masih mendampingiku…
Kakak-kakak juga ketiga keponakan ku tersayang yang semakin meramaikan keceriaan hari-hariKu…
Sahabat, bukan, mereka lebih tepat disebut sebagai sodara...
Semua yang menjadi saksi jatuh dan bangunnya aku…
Yang selalu mengucap sederet doa untuk kebaikan & kebahagiaanku...
Juga orang-orang yang sempat datang dan pergi dalam kehidupanku...
Yang masing-masingnya menorehkan warna dan cerita yang berbeda-beda dalam lembar hidupku...
Pengalaman-pengalaman yang membuatku menjadi lebih kuat dan dewasa...
Yang mengajarkan arti kehidupan...
.....

Jadi teringat sebuah kalimat indah,
Maka nikmat mana lagikah yang kau dustakan ??

08.04.08