Friday, October 10, 2008

11 januari

Dua hal yang langsung keinget sama gw kalo mendengar kata “11 Januari”.
Lagu yang dinyanyiin Gigi. Ultah abang gw.
*dia kayanya bisa sok-sok merengut karena statement gw ini sambil senyum-senyum girang, heheh, dulu dia bangga banget pas Gigi launch niy lagu*

Yeah, beberapa hari ini gw lagi suka dengerin lagu lama, walopun ga segitu lawasnya...
Dan lagu 11 januari salah satunya.
Gw suka liriknya. Simpel, tapi bermakna. Ga kaya lagu salah satu band yang wajah vokalisnya mirip aa penjual parfum di salah satu kios di Jatos –Jatinangor Townsquare-, heheheh...ups, no offense low. Atau kalo kata abang gw itu, mirip sama uda-uda di warung makan padang, which is statementnya dia ini bisa dimaknakan ”mukanya pasaran”, hehe..

Dulu, gw ga pernah suka Gigi low, entah kenapa.
Tapi sekarang, gw suka banget... ga cuma yang 11 Januari ya, tapi juga lagu mereka yang lainnya, walopun yang gw suka lebih ke lagu lama mereka.
Padahal lagunya dibilang terasa dekat dengan kehidupan ngga juga. Orang yang dekat ma gw juga ngga lagi suka Gigi –gw berusaha menjelaskan sindrom efek menular jadi menyukai apa yang disuka orang dekatnya- . gw juga ga tau kenapa bisa suka. Cuma waktu itu tiba-tiba pengen denger lagu yang ga pernah gw denger, dan terpilihlah lagu-lagunya Gigi. Satu dua kali, lama-lama gw jadi suka. Suka karena terbiasa. *behavioristik sekali siy, heheh*

Jadi bertanya-tanya, apa ini nunjukin bahwa kesukaan kita akan sesuatu bisa ditumbuhkan ?? maksud gw, jadi kaya yang dibilang orang jawa, witing tresno jalaran soko kulino . does it really exist ??? prinsip itu maksudnya. Jadi menurut pepatah itu, -mohon dikoreksi kalau gw salah, mengingat gw lebih tepat dikategorikan sebagai jawa murtad, hehe-, kita bisa suka sesuatu karena terbiasa dengannya.

Sesuatu bisa tumbuh dalam diri karena terpapar sama komplemen bibit tersebut terus menerus. Tentunya sesuatu bisa tumbuh kalau ada bibitnya bukan ?? coba bayangkan, bagaimana bisa ditumbuhkan kalau bibitnya saja tidak pernah ada ???

Baru-baru ini seorang teman cerita kalau ia memutuskan untuk menerima lamaran seseorang yang sudah sekian lama menantinya, karena ia sudah lelah untuk mengejar orang lain yang ia cintai dengan sepenuh hati. Katanya, dia akan belajar untuk mencintai orang tersebut.
Iya kalau rasa itu bisa timbul. Kalau tidak ?
Haruskah pernikahan dikorbankan atas nama pilihan dicintai dan mencintai ? harus ya memilih diantara keduanya ? tak bisakah keduanya ada dalam kehidupan sebuah pasangan ? Pasangan, dua orang, dicintai dan mencintai, dengan kata lain saling mencintai.

Berada dalam posisi dicintai seseorang memang posisi paling aman. Sifatnya pasif, menerima. Tapi terasa egois ga siy ? lalu, jika memang terjadi timbal balik dalam relasi tersebut, apa enaknya menyerahkan milik kita yang paling berharga –virginitas, perasaan, perhatian, kehidupan, cita2, mimpi2, dan hal personal lainnya- ke orang yang ga kita cintai samasekali ? itu bukan berbagi namanya, tapi itu bodoh.

Yah, tapi suatu pepatah ada karena ada kejadiannya. Mungkin memang benar adanya. Witing tresno jalaran suko kulino.

*Untuk seorang teman, sahabat, saudaraku yang dengan keberanian sangat besar memilih resiko mengambil peran dicintai, tanpa (belum) mencintai. Apapun keputusan lo, gw hargai & dukung, meskipun buat gw itu konyol, heheh*

2 Comments:

Blogger Unknown said...

nemu juga gw blog lw cil...
fiiuuuhh...tp mengejar cinta seseorang ..juga lumayan melelahkan..belum lagi resiko dikhianati..coz blm tentu doi beneran sayang..bisa jadi aja krn kasihan..beda sama cewek..yg hatinya lama2 bisa mengkondisikan diri untuk belajar mencintai... Well..its a long path of journey to find "the one".

February 1, 2010 at 2:27 AM  
Blogger ....WasiL.... said...

huehehe, kl ga nemu pake GPS aja =D

behavioristik skali dong namanya ?
pertanyaanya, apakah itu cinta ? atau hanya sebatas rasa sayang, mungkin sayang yg dikemas perasaan lainnya ?

menemukan the one ? hemmm, panggil dia dgn segenap jiwa mgkn ?
huehehe, sotoy, ky udah nemu aja gw.. ^^

February 3, 2010 at 10:34 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home