Tuesday, June 17, 2008

Kirain budeg *, ternyata, … (emang budeg)

* gangguan pendengaran

Di suatu pagi yang penuh ketergesaan karena harus segera berangkat ke bandung, saya menyempatkan diri untuk sarapan. Kebetulan pagi itu tidak ada makanan yang tersedia di meja makan, jadinya saya memutuskan untuk membeli nasi uduk yang di jual tidak jauh dari rumah.

Sesampainya di sana, saya memesan 3 bungkus nasi uduk –bukan untuk saya semua lho- lengkap (lengkap artinya pakai tahu, tempe, dan mie bihun). Ibu penjual nasi uduk dengan sigap mulai mengerjakan pesanan saya. Tidak lama kemudian ia menoleh ke saya dan bertanya ulang apakah nasi saya mau pake tahu atau tidak, lalu pakai tempe atau tidak, terakhir pakai mie atau tidak. Dia terus saja bertanya sambil menoleh ke saya. Seketika saya kesal karena merasa tidak diindahkan omongannya di awal pesan tadi, dan hanya bisa memaki dalam hati. Terbayang dunk gimana keselnya di tengah ketergesaan harus menghadapi orang yang ga dengerin instruksi dengan baik yang berimbas bolak-balik nanya. Sampai dirumah, saya utarakan kekesalan yang ada ke ibu, termasuk persepsi saya akan penjual itu yang terkesan –maaf- oon dan kaya orang budeg.

Di luar dugaan, ibu dengan simpelnya menjawab ”lho iya dia memang ada gangguan pendengaran”...
*Nguak ngwuaauu....* (sound effect ^_^)

My god, saya langsung merasa berdosa karena sudah memaki ibu penjual nasi uduk itu meski dalam hati. Yah walopun kalo saya ucapkan dengan bersuara sepertinya dia tetap tidak akan mendengarnya ya, tapi makian tetaplah makian.

Jadi ternyata ucapan saya ttg pesanan di awal memang tidak dia dengar, dan dia hanya bisa menangkap ucapan lawan bicara melalui baca bibir lawan bicara, pantas saja dia berulang kali menoleh dan bertanya ulang ke saya.

Untung saja saya mau menceritakan kekesalan saya saat itu, kalau tidak kan saya terjebak dalam prasangka buruk terhadapnya. Maaf ya bu... ^_^

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home